Alasan China Lebih Memilih Investasi ke Malaysia daripada Indonesia

JAKARTA – Indonesia masih sangat berpeluang menekan atau bahkan menghapus sama sekali selisih nilai perdagangan dengan China. Mengingat China masih membutuhkan banyak barang impor.

Bahkan Wakil Perdana Menteri Zhang Gaoli mengatakan bahwa negaranya butuh barang impor senilai USD8 triliun dalam lima tahun mendatang.

Sayangnya, kalangan pengusaha nasional pesimistis melihat peluang yang ditawarkan China karena kegaduhan politik yang tak kunjung berkesudahan hingga tiga tahun masa pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

“Belum lagi sistem birokrasi kita,” kata Chairman of Indonesia Chamber of Commerce in China (Inacham), Liky Sutikno, di Shanghai.

Ketua perwakilan Kadin Indonesia di China itu lebih lanjut menggambarkan bahwa birokrasi di Indonesia masih bekerja pada abad ke-18, sedangkan China sudah abad ke-21.

“Maka jangan heran kalau Indonesia kalah jauh dari Malaysia dalam memanfaatkan peluang yang ditawarkan China,” ujar pengusaha Indonesia yang sudah malang-melintang di daratan Tiongkok itu.

Lalu dia menyebutkan bahwa baru-baru ini taipan Jack Ma membangun “Regional Smart Hub” di dekat Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur (KLIA), Malaysia, sebagai pangkalan barunya dalam menjalankan perdagangan berbasis elektronik (e-Commerce) di kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Padahal, enam bulan sebelumnya Jack Ma ingin membangun fasilitas itu di Batam, Kepulauan Riau. Namun tawaran yang disampaikan salah satu orang terkaya di dunia itu agar bisa menyerap banyak tenaga kerja itu tidak segera disikapi pemerintah Indonesia.

“Respons Indonesia tidak konkret. Nah, Malaysia ‘nguping’ dan menyampaikan program secara konkret. ‘Oportunity’ kita banyak dirampok oleh Malaysia,” ujar Liky yang saat itu ditemui di Bali Bistro, restoran makanan halal yang dikembangkannya di kota terbesar di China itu.

Demikian halnya dengan buah-buahan segar, China sangat berharap petani dari Indonesia bisa memasoknya secara langsung.

“Namun karena orang kita tidak mau ribet, maka tidak bisa ekspor langsung ke China yang memberlakukan syarat-syarat tertentu sehingga harus lewat Vietnam. Mestinya Indonesia dapat lima, karena harus melalui negara lain, maka hanya dapat dua,” katanya menambahkan.

Menurut dia, China sangat hormat terhadap Indonesia karena faktor sejarah, terutama kedekatan mantan Presiden Soekarno dengan pemimpin China Mao Zedong dan Perdana Menteri Zhou Enlai.

“Orang China itu punya keyakinan, kalau kita berbuat baik sama mereka, maka mereka tidak akan lupa sama kita. Ini yang ditunjukkan China terhadap kita,” tuturnya.

(rzy)