JAKARTA – Serdadu militer Rusia melakukan pelatihan di Biak, Papua, Indonesia sejak 4 Desember 2017 lalu. Pelatihan ini membuat Australia curiga dan mulai waspadai pelatihan tersebut lantaran khawatir keberadaan serdadu negeri beruang merah tersebut ingin mengintai Negeri Kanguru.
Menteri Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto mengaku telah mendengar informasi bahwa terdapat aktivitas pelatihan serdadu militer Rusia hingga menimbulkan kecurigaan Australia. Namun, lanjut dia, informasi adanya kekhawatiran Australia belum terkonfirmasi.
“Sudah denger tapi belum telepon (pihak Rusia dan Australia),” kata Wiranto di Kompleks Istana Kepresidenan, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu 3 Desember 2018.
Panglima ABRI itu berencana akan menelpon pihak Rusia. Sementara itu, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto enggan berkomentar lebih lanjut soal pelatihan serdadu militer Rusia di Tanah Cendrawasih.
Ia mengaku bakal mencermati terlebih dahulu informasi tersebut dan kemudian memberikan respons kepada media.”Saya lihat dulu masalahnya,” ucapnya terpisah.
Sekadar diketahui, Kementerian Pertahanan Australia sempat menerapkan status siaga di Pangkalan Angkatan Udara di Darwin. Itu karena menduga angkatan udara Rusia melakukan misi mata-mata melalui pelatihan militer di Biak.
Kecurigaan ini bukan tanpa alasan, sebab serdadu militer Rusia tidak hanya membawa dua pesawat pengangkut Ilyushin (Il-76) dengan menerjunkan 81 personel. Terlebih juga turut membawa dua pesawat pembom taktis Tupolev (Tu-95) yang bisa membawa hulu ledak nuklir.
“Angkatan Bersenjata Australia sengaja meningkatkan kewaspadaan buat menghadapi situasi yang berkembang,” demikian pernyataan disampaikan Kementerian Pertahanan Australia.
Meski demikian, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan tidak akan melakukan misi pengintaian di Biak. Selama lima hari dua pesawat Tu-95 cuma menggelar latihan di atas perairan Samudra Pasifik yang netral, dan lebih dari delapan jam.
(wal)