TURKI – Seorang dosen asal Turki, Dr Yavuz Örnek, sangat yakin Nabi Nuh memanggil anak dan keluarganya menggunakan ponsel sebelum banjir air bah. Menurutnya, orang-orang tidak sadar teknologi 10 ribu tahun lalu lebih maju dari sekarang.
BACA JUGA: Perdana! Konferensi Bumi Datar Digelar di AS
Yavuz menjelaskan, Nabi Nuh membangun bahtera dengan baja dan tenaga nuklir sebagai bahan bakarnya. Ia juga yakin Sang Nabi tidak benar-benar membawa hewan ke atas kapal, melainkan hanya satu sel telur jantan dan satu telur betina dari setiap spesies. Semua yang hidup di bumi berasal dari sperma kuno dan bank telur.
Karena ingin menyebarkan keyakinannya itu, ia pun hadir dalam acara bincang-bincang televisi TRT 1.
Dalam acara talk show itu, pembawa acara mengundang profesor teologi, Ömer Faruk Harman. Mereka meminta Yavuz untuk menjelaskan klaimnya secara empiris.
Menanggapi itu, Yavuz pun merujuk ayat Al-Quran. Menurutnya, tidak mungkin Nuh bisa berkomunikasi dari jarak berkilo-kilo meter.Dia juga mengklaim dirinya sebagai ilmuwan, jadi semua penjelasannya berdasarkan sains.
“Ada gelombang setinggi 300 sampai 400 meter saat itu, dan anak laki-laki Nabi Nuh sangat jauh. Alquran mengatakan bahwa Nuh berbicara dengan anaknya. Tapi bagaimana mereka bisa berkomunikasi? Apakah itu sebuah keajaiban? Bisa jadi. Tapi kami yakin dia berkomunikasi dengan anaknya melalui ponsel,” kata Yavuz sebagaimana dilansir Oddity Central, Kamis (11/1/2018).
Respons publik terhadap program ini sebagian besar negatif. Banyak penonton mengaku tidak percaya dan mengungkapkan kekesalannya lewat media sosial.
Nuh adalah seorang nabi yang diperintahkan oleh Tuhan untuk membangun sebuah bahtera demi menyelamatkan keluarganya dan sepasang setiap spesies hidup dari banjir air bah. Kisah Nabi Nuh diceritakan dalam kitab suci tiga agama, yakni Islam, Kristen dan Yahudi.
Beberapa ilmuwan dan petualang telah mencari sisa-sisa bahtera Nuh selama bertahun-tahun. National Geographic News melaporkan pada 30 April 2010, sekelompok orang Kristen evangelis yang berbasis di Hong Kong mengklaim telah menemukan bahtera tersebut di Gunung Ağrı di Provinsi Ağrı, Turki, namun sejarawan atau ilmuwan belum memverifikasi klaim mereka.
(dka)