PADA 4 Februari 1969, pendiri Partai Fatah, Yasser Arafat ditunjuk sebagai pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Pidato pria yang dikenal dengan kifayeh khasnya itu di PBB pada 1974 memberikan pengaruh besar bagi kampanye PLO untuk kemerdekaan Palestina. Namun, Arafat mengalami kesulitan mempertahankan legitimasinya di tengah dua ideologi perjuangan yang berbeda di Palestina.
Di satu sisi ada Fatah yang memilih jalan moderat dalam upayanya mencapai kemerdekaan Palestina. Sementara di sisi lain ada Hamas yang menempuh cara militan dalam menghadapi penjajahan Israel.
Arafat berkompromi dengan mengakui Israel sebagai sebuah negara pada 1993 dalam sebuah surat kepada Perdana Menteri Israel saat itu, Yitzhak Rabin. Sebagai gantinya, Israel yangs semula mengategorikan PLO sebagai organisasi teroris akhirnya mengakui organisasi itu sebagai perwakilan rakyat Palestina.
PLO didirikan pada 28 Mei 1964 dengan tujuan pembebasan Palestina.Organisasi ini diakui sebagai perwakilan tunggal rakyat Palestina oleh lebih dari 100 negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Palestina.
Israel semula mengategorikan PLO sebagai organisasi teroris karena perjuangan bersenjata PLO yang banyak berdampak pada warga sipil Israel. Namun pada 1993,Arafat berkompromi dengan mengakui Israel sebagai sebuah negara melalui sebuah surat kepada Perdana Menteri Israel saat itu, Yitzhak Rabin. Sebagai gantinya, Israel akhirnya mengakui organisasi itu sebagai perwakilan rakyat Palestina.
Sejak penunjukan Arafat, Fatah menjadi faktor yang lebih dominan di dalam PLO dibandingkan Hamas. Dominasi itu terus berlanjut hingga 2015 setelah Arafat menyerahkan kepemimpinan Palestina kepada Mahmoud Abbas pada 2003.
Arafat meninggal dunia pada 11 November 2004 setelah mengalami sakit keras. Ada banyak dugaan bahwa sebenarnya Arafat diracun oleh agen Israel, terutama setelah banyak upaya pembunuhan yang dialamatkan kepadanya sebelumnya.
(dka)