SERANGAN teror bom bunuh diri terjadi di Surabaya, Jawa Timur. Setidaknya ada 13 orang meninggal dunia dan 43 orang dikabarkan mengalami luka-luka akibat peristiwa ledakan yang terjadi di tiga gereja secara beruntun itu.
Isiden itu terjadi pada pagi hari Minggu 13 Mei 2018 di tiga gereja sekira pukul 06.00 hingga 08.00 WIB saat para jemaat mulai berdatangan untuk ibadah di gereja.
Berikut fakta-fakta di balik bom bunuh diri di Surabaya Jawa Timur:
1. Terjadi di Tiga Gereja secara Bersamaan
Ledakan bom itu terjadi di tiga gereja yakni di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel Madya, Gereja Pantekosta Jalan Arjuno dan GKI Jalan Diponegoro.
(Baca juga: “Saya Tak Menyangka Punya Tetangga Pelaku Bom Gereja”)
2. Dua Anggota Polisi Jadi Korban
Akibat insiden ledakan itu, ada dua anggota polisi turut menjadi korban, keduanya yakni Aiptu Junaedi dan Aiptu Ahmad Nur Hadi. Kedua personel yang biasa berdinas di Polsek Gubeng itu menjadi korban saat mengamankan Gereja Santa Maria Tak Bercela, dan kini dirawat di RSU dr. Soetomo.
3. Bocah Kakak Beradik Ikut Jadi Korban
Dari 13 korban jiwa akibat serangan bom bunuh diri itu ada dua yang masih balita, ia adalah Vincencius Evan (12) dan Nathan (9). Evan meninggal saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Bedah Surabaya, berselang delapan jam kemudian, sang adik ikut menyusul kakak setelah sempat menjalani amputasi akibat pendarahan.
4. Pelaku Satu Keluarga
Polisi telah berhasil mengidentifikasi bahwa pelaku bom bunuh diri di Surabaya itu satu keluarga, di antaranya Dita Upriyanto dan istrinya Puji Kuswati, serta kedua anaknya berinisial FS berumur 12 tahun dan VR berusia 9 tahun.
(Baca juga: Jakarta Siaga 1, Anies Keluarkan 6 Instruksi Antisipasi Teror Bom seperti di Surabaya)
Mereka meledakkan diri menggunakan mobil Avanza di Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno. Sebelumnya, Dita telah menurunkan istri dan dua anaknya di GKI Diponegoro.
Ledakan di Katolik Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel Madya juga terkait dengan keluarga tersebut, diduga dilakukan dua anak laki-laki Dita, yaitu Yusuf Fadil yang berumur 18 tahun dan FH 16 tahun, mereka dibekali bom yang diletakkan di pinggang.
5. Pelaku Jaringan ISIS
Kepala Jenderal HM Tito Karnavian memastikan para pelaku yang masih satu keluarga itu merupakan jaringan Jamaah Ansharud Daulah (JAD) dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), kelompok pendukung teroris di indonesia yang berafiliasi kepada ISIS.
(qlh)