JAMBI – Tingginya harga daging ayam potong di pasar tradisional akhir-akhir ini, diperkirakan belum akan berakhir. Lonjakan harga ayam juga dirasakan hingga luar Pulau Jawa.
Menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi Ariansyah, dari hasil inspeksi mendadak (sidak) Tim Satgas Pangan Provinsi Jambi, diantara penyebab meroketnya harga ayam potong disebabkan faktor musiman. Permintaan ayam potong yang tinggi pasca Hari Raya Idul Fitri dan libur panjang.
Di samping itu, faktor struktural yakni terlalu panjangnya rantai perdagangan dari peternak ke konsumen juga membuat harga daging ayam melonjak.
Dari pantauan Tim Satgas Provinsi Jambi, harga daging ayam potong di pasar tradisional Jambi masih belum bergerak turun ke harga normal. Di dua pasar tradisional Kota Jambi, yakni di Pasar Angsoduo dan Talangbajar, harganya masih berkisar Rp55.000 hingga Rp60.000 per kilogram (kg).
Tidak berbeda jauh dari Ariansyah, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jambi Amir Hasbi mengaku tingginya harga daging ayam potong berawal sejak akhir Juni 2018, yakni pasca Idul Fitri 1439 Hijriah tepatnya tanggal 26 Juni 2018.
Awalnya, harga daging ayam potong hanya Rp35.000 per kilogram, namun hingga saat ini, harganya terus merangkak naik sampai sekarang hingga mencapai Rp60.000 per kilogram.
Selain itu, katanya, terbatasnya ketersediaan DOC (Day Old Chicken) atau bibit ayam potong dari produsen, yaitu turun lebih kurang 40%. Akibatnya berdampak naiknya harga DOC, kisaran Rp6.500-Rp7.300, sedangkan pada posisi normal harga DOC hanya Rp4.000-Rp5.000.
Tidak itu saja, harga pakan dan obat-obatan turut mengalami kenaikan rata-rata Rp150 per kilogram. Ironisnya lagi, pada per tanggal 23 Juli 2018 akan ada kenaikan lagi yang mencapai Rp250 per kilogram.
“Kenaikan harga pakan dan obat-obatan ayam turut naik, dikarenakan harga dollar sekarang Rp14.000 per dollar. Normal hitungan harga pokok perkilogram Rp12.500, hampir 80 persen bahan pokok pakan ayam potong tersebut diimpor,” ujar Amir di Jambai, Sabtu (21/7/2018).
Selanjutnya, performa ayam dari mulai dilarangnya pemakaian Antibiotik Growth Promotor (AGP). Akibatnya, secara umum pertumbuhan ayam menjadi terlambat antara 2 hingga 4 hari.
“Jadi untuk mencapai bobot yang sama dibutuhkan biaya yang cukup tinggi. Hal inilah yang ikut memicu kenaikan harga jual ayam potong,” tegasnya.
Agar tidak terus meresahkan masyarakat, rencananya Pemerintah Provinsi Jambi bersama Tim Satgas Pangan Provinsi Jambi dan pihak-pihak terkait akan mengumpulkan semua produsen, agen, dan broker ayam yang ada di Jambi.
“Kita akan buat pertemuan pada hari Senin, 23 Juli mendatang untuk mencari solusi dalam mengatasi tingginya harga ayam potong tersebut,” imbuh Amir.
(rhs)