46 Alat Pemantau TMA Gambut di Riau Menunjukkan Status Bahaya, BRG Lakukan Operasi Cepat Pembasahan

Karhutla di Riau. (Istimewa)

PEKANBARU – Kebakaran lahan gambut di Riau tahun ini menuntut kewaspadaan semua pihak. Sebab, berdasarkan Sistem Pemantauan Air Lahan Gambut atau Sipalaga dari Badan Restorasi Gambut (BRG), potensi Riau mengalami kebakaran gambut terbilang cukup tinggi dengan banyaknya titik yang mengindikasi Titik Muka Air (TMA) yang rendah.

BRG sendiri telah memasang 47 alat pemantau tinggi muka air (TMA) di Provinsi Riau yang dapat dipantau secare realtime melalui situs Sipalaga. Yang mana, pada tanggal 22 Maret 2019, diketahui 46 alat menunjukkan status bahaya dan 1 alat menunjukkan status siaga.

banner 300x250

“BRG telah melakukan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau khususnya dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Riau dan Tim Restorasi Gambut Daerah untuk meningkatkan upaya-upaya pembasahan lahan agar lahan gambut tetap basah dan tidak menjalarkan api kebakaran ke titik-titik lainnya,” kata Deputi Bidang Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan BRG, Alue Dohong kepada GoRiau.com di Pekanbaru, Selasa (26/3/2019).

Untuk mempertahankan tinggi muka air di lahan gambut, lanjut Alue Dohong, BRG melakukan upaya rewetting atau pembasahan lahan yang berfokus pada Pembangunan Infrastruktur Pembasahan Gambut (PIPG) berupa pembangunan sumur bor, pembuatan sekat kanal, maupun penimbunan sekat kanal. Pembangunan sumur bor diutamakan pada daerah-daerah di dekat pemukiman masyarakat. Area-area yang diintervensi langsung oleh BRG adalah area non konsesi terutama yang pernah mengalami kebakaran di tahun 2015 atau sebelumnya.

Dalam merespon potensi karhutla seperti yang diindikasi Sipalaga di Riau, BRG menggelar Operasi Pembasahan Cepat Lahan Gambut Terbakar (OPCLGT) dan Operasi Pembasahan Lahan Gambut Rawan Kebakaran (OPLGRK).

Yang pada tahun 2019, kedua operasi ini memaksimalkan total dana senilai kurang lebih Rp1,3 miliar terdiri dari DIPA Tugas Pembantuan senilai Rp890 juta dan DIPA BRG sendiri senilai Rp410 juta.

“Adapun untuk pemeliharaan sumur bor dan sekat kanal, Pemprov Riaumenganggarkan masing-masing sebesar Rp800 juta dari DIPA TP Provinsi Riau tahun anggaran 2018,” tambah Alue Dohong.

PIPG yang dilaksanakan oleh BRG juga termasuk pemberian seperangkat mesin pompa air pembasahan gambut sebanyak 6 unit berikut perlengkapannya seperti helm, sepatu boots di tahun 2018 yang diserahkan kepada Desa Teluk Makmur, Desa Mundam, Desa Lukun dan Desa Kepau Baru, dan pemberian Pompa Apung (Floating Pump) sebanyak 3 unit untuk digunakan dalam kegiatan pembasahan dan pemadaman kebakaran. Ketiga pompa ini diserahkan kepada Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Riau.

Selain itu, di tahun 2019 BRG telah menyerahkan 10 unit pompa operasional pembasahan gambut kepada 10 desa termasuk Desa Mundam, Kecamatan Medang Kampai, Kabupaten Kota Dumai yang saat ini wilayahnya tengah terjadi kebakaran.

Meskipun upaya-upaya pembasahan lahan rawan terbakar telah ditempuh BRG dan pemerintah daerah di Riau, namun kebakaran tidak bisa dihindari dan di beberapa titik tetap terjadi. Seperti kebakaran yang terjadi di Desa Lukun dan Desa Tanjung Peranap Kepulauan Meranti, Kepulauan Riau pada 10 Februari 2019 lalu.

Saat itu adzan shalat Ashar baru selesai berkumandang, Kepala Desa Lukun, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti Lukman Ahmad mendapat informasi soal kebakaran yang terjadi di sekitar sungai Pantuk Kaudeh, Dusun Melati. Tim yang terdiri dari warga desa, Manggala Agni, dan Masyarakat Peduli Api Desa langsung bergerak ke lokasi. Saat tim tiba, kebakaran sudah mencapai kurang lebih dua hektar.

“Wilayah kebakaran di sekitar sungai Pantuk Kaudeh itu jauh dari permukiman, jadi kalau ada api terbakar kami lambat sampai ke sananya. Kami harus menunggu pasang surut air laut untuk bisa menyeberang, dan berjalan kaki sekitar 5km sambil memikul semua peralatan yang kami bawa,” jelas Lukman.

Saat api sudah bisa dikuasai, ada tiupan angin kencang yang membuat bara kembali menyala dan api kembali menjalar di salah satu sudut. Warga desa yang saat itu sedang istirahat kembali berjibaku memadamkan api, namun terlambat karena terbatasnya peralatan. BPBD lalu datang, namun api sudah mulai membesar. Api sangat cepat menjalar karena lokasi tersebut adalah titik lahan yang mudah terbakar. Hasil feasibility study yang dilaksanakan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Riau menyebutkan bahwa kondisi lahan wilayah Kecamatan Tebing Tinggi Timur umumnya tergolong tanah dengan kedalaman lapisan tanah cukup dalam dan bergambut (> 100 cm) dengan penggunaan lahan didominasi perkebunan sagu.

Api menjalar ke ladang sagu yang memang sangat sulit dipadamkan jika terbakar. Api lalu menjalar ke lahan lain yang ditumbuhi ilalang, paku medeng, resang- tumbuhan yang mudah terbakar. Warga desa bersama Manggala Agni dan MPA berusaha memadamkan kebakaran dan berhari-hari berkeliling lokasi.

“Namun saat kebakaran lahan gambut terjadi di musim kemarau itu, kami sulit memadamkannya, kami hanya bisa menahan agar api tidak menjalar lebih luas dan berharap menunggu hujan,” tambah Lukman.

Lukman mengakui tidak ada sumur bor di daerah terbakar tersebut dan hanya ada sekat kanal yang terletak di dekat jalan poros dan tidak jauh dari desa. Pembangunan sekat kanal dilakukan di lokasi tersebut karena daerah ini merupakan daerah rawan terbakar, dan pernah terjadi kebakaran hebat di tahun tahun 2013 dan 2014.

Sementara sumur bor atas permintaan warga memang dibangun di sekitar permukiman. Warga desa juga meminta kepada BRG dan pemerintah setempat agar pembangunan sekat kanal diutamakan di dekat desa agar bisa menyelamatkan desa dari kebakaran.

Warga desa berharap kedepannya pembangunan Sekat Kanal dapat diperbanyak untuk mencegah kebakaran karena saat ini mulai ada lokasi-lokasi baru yang terbakar. Hal senada disampaikan juga oleh Ketua Pokmas Mundam Jaya III, Desa Mundam Kecamatan Mendang Kampai, Kabupaten Kota Dumai, Jarot, menghadapi kebakaran yang terjadi di Paman Jaya RT 12, Desa Tanjung Palas, Kecamatan Dumai Timur, Kabupaten Kota Dumai, Provinsi Riau. Titik lokasi kebakaran di Paman Jaya ini berada di luar prioritas restorasi BRG, berdekatan dengan kawasan gambut budi daya dengan kedalaman kurang dari tiga meter dengan tutupan lahan semak belukar yang akan diolah menjadi kebun masyarakat.

“Desa kami memasuki musim kemarau sejak Maret ini, dan sejak 10 hari lalu ada dua lokasi kebakaran yang terjadi. Satu lokasi berada Paman Jaya Desa Tanjung Palas, jauh dari pemukiman masyarakat desa, dan lokasi lainnya ada di desa kami. Ada sekat kanal tapi posisinya jauh dari kebakaran, kira-kira jaraknya 3 km. Setelah informasi kebakaran kami terima, warga desa, pokmas dan Manggala Agni langsung meluncur ke lokasi kebakaran di dekat Bandara Dumai (Paman Jaya). Namun akhirnya kami memutuskan untuk konsentrasi memadamkan api di desa kami yang terjadi di depan Puskesmas agar tidak menjalar ke pemukiman warga desa. Kami menggunakan peralatan seadanya yang pernah diberikan BRG.”

Desa Mundam memiliki sekat kanal yang dibangun tahun 2017. Jarak titik lokasi kebakaran di Desa Tanjung Palas dengan Sekat Kanal BRG ini kurang lebih 3 km. Warga desa bekerjasama memadamkan api dengan pokmas, kepolisian dan TNI, dan dibantu oleh perusahaan di sekitar lokasi. Sejauh ini kebakaran di Desa Mundam sudah dapat dikendalikan, namun kebakaran di Paman Jaya kini ditangani oleh Pemprov Riau menggunakan helikopter untuk memadamkan api.