JAYAPURA – Pengamat Politik Universitas Cenderawasih (Uncen), Marinus Yaung menjelaskan bahwa latar belakang maraknya gerakan Papua Merdeka lebih disebabkan oleh kebutuhan rupiah segelintir elite politik.
Ia memperingatkan, aktivis Papua Merdeka yang sering memprovokasi warga sekitar, sehingga bentrok dengan aparat keamanan tak akan bisa hidup tenang.
“Saya ingatkan, politik itu bukan jalan untuk masuk Surga. Kalau mau masuk Surga, pergilah ke Gereja, Masjid, dan tempat – tempat ibadah lainnya. Dan hari ini adalah hari Pentakosta bagi umat Nasrani, maka pergilah ke Gereja untuk menggapai surga itu,” kata Marinus, Senin (10/6/2019).
Menurutnya, menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran untuk Politik, dengan jualan isu menyesatkan tanpa diimbangi dengan narasi ilmiah dan utamanya tidak dibarengi dengan ibadah kepada Tuhan dengan benar, maka neraka menjadi akhir penantian.
“Mempublis Hoax yang menyesatkan demi mendapat rupiah padahal bocor mulut benci rupiah, untuk kasih makan diri dan keluarga. Mengkampanyekan isu politik Papua Merdeka dan berpenampilkan aktivis politik demi mendapatkan rupiah, itu adalah pilihan hidup yang dekat dengan pintu Neraka,” katanya.
(Baca Juga: Organisasi Papua Merdeka, Apa dan Siapa Mereka?)
Menurutnya, provokasi Papua Merdeka pada akhirnya hanya menghadirkan Neraka di bumi Cenderawasih. Ribuan nyawa telah melayang sia-sia. Generasi muda Papua banyak yang terpapar isu Papua yang menyesatkan, hingga sedang terancam masa depannya.
“Yang terpapar hanya sibuk bicara Politik, terlena dan tidak mengembangkan diri untuk masa depannya, dan keluarganya. Belum lagi banyaknya penderita AIDS orang asli Papua yang sedang menunggu ajal menjemput. Bahkan Beberapa aktivis isu Papua sudah meninggal dunia duluan akibat AIDS ini,” ucap Marinus.
(Baca Juga: Bawa Dokumen Gerakan Papua Merdeka, 6 WNI Diamankan di Batas Negara)
Diakui Dosen Hubungan Internasional Uncen ini, isu Papua yang terus disuarakan elite politik, membuat rupiah banyak mengalir ke Papua, ke kantong – kantong pribadi dan keluarga para elite aktivis Papua.
“Jumlahnya hingga triliun, dan perlu diingat, uang menjadi akar dari segala kejahatan di Papua. Membuat iblis mengambil tempat dalam hati dan pikiran orang Papua hari ini. Demi rupiah orang asli Papua bisa saling membunuh dengan saudara sendiri. Papua tipu Papua. Elit politik berteriak lantang menolak Indonesia, tapi rupiahnya dicintai, ini lucu,” katanya.
(kha)