Serunya Berburu Ikan Purba di Sungai Kuantan, Bupati Mursini Strike Patin 10 Kg

Kuansing, Riau85 Dilihat

“Memancing itu melatih kesabaran. Selain itu, kita juga bisa menikmati keindahan alam. Kita puas berwisata, dapat ikan lagi.”

Itulah yang diucapkan Bupati Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, Drs. H. Mursini, MSi saat menuju Hulu Kuantan pada Rabu, 3 April 2019.

banner 300x250

Dalam perjalanan itu, Bupati Mursini ditemani Masrul Hakim, Sekretaris Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kuansing. Ada juga Sartian, Kabid Sarana dan Prasarana Disdikpora Kuansing, Aries Susanto selaku Ketua Harian KONI Kuansing dan Fedy Bento, Ketua Komunitas Mancing Mania Kuansing.

“Hulu Kuantan ini spot favorit saya. Alamnya sangat indah dan surga bagi ikan bagarius,” ujar Mursini. Bagarius merupakan ikan purba yang populasinya masih banyak di Hulu Kuantan. Masyarakat Kuansing juga menyebut ikan ini dengan nama ‘Ngongai’ dan atau ‘Gogal’.

Untuk mencapai Hulu Kuantan, bisa dilewati kendaraan roda empat dengan waktu tempuh lebih kurang 45 menit. Sesampainya di sana, tepatnya Desa Lubukambacang, sudah ada dua unit speddboat menunggu rombongan bupati.

Berbicara tentang hasil pancingannya, Mursini memperlihatkan foto-foto bagarius di smartphone-nya.

“Lihat, kepalanya saja lebih besar dari kepala kita,” katanya sambil tertawa. Ia menyatakan, berat tangkapannya itu lebih dari 10 Kg.

Mesin speedboat pun menderu melawan arus sungai Kuantan. Semakin ke hulu, sungai semakin mengecil dan arusnya semakin deras. Hulu sungai Kuantan mengalir diantara kaki bukit yang ditumbuhi pepohonan nan rindang. Ini masuk kawasan Hutan Lindung Bukit Betabuh.

Satu jam berlalu, akhirnya rombongan Bupati Mursini sampai di spot yang dituju. Menurutnya, speedboat tak bisa lagi untuk lebih jauh ke hulu. Karena kondisi sungai yang penuh bebatuan besar.

“Kita sampai. Di sini, banyak ikan bagariusnya,” ujar Mursini. Orang nomor satu di Kuansing ini menyatakan pancingnya mampu mengangkat ikan seberat 20 Kg.

Petualangan menyusuri hulu Sungai Kuantan mulai seru. Satu per satu ikan bagarius dan baung ‘diselamatkan’ oleh para pemancing.

Bupati yang bertengger di atas batu besar tak kunjung juga merasakan sensasi strike. Beberapa kali pancingnya disambar ikan, namun lepas.

Hingga siang, bupati tak kunjung strike. Usai Salat Zuhur, Bupati Mursini kembali melemparkan pancingnya ke lubuk yang lain. Benar saja, pancing bupati langsung disambar ikan.

Dengan penuh ketenangan dan kesabaran, Bupati Mursini terus berjuang untuk mendapatkan buruannya. Sementara, sang ikan yang masih berada di dasar sungai yang deras terus melakukan perlawanan.

Sepuluh menit berlalu, ikan mulai kelelahan. Mursini dengan sabar terus menariknya ke pinggir sungai. Ikan pun terlihat, yakni seekor patin sungai.

Dibantu Fedy dan Eri sang ‘kapten kapal’, akhirnya patin bisa ‘diselamatkan’. Dalam misi penyelamatan ini, Fedy dan Eri harus membuka baju dan dibalutkan pada ikan yang sudah berada di pinggir sungai. Setelah itu, dimasukkan ke dalam speedboat.

“Allahu Akbar,” takbir menggema dari mulut Mursini ketika patin berhasil diangkat. Ternyata, di balik ketenangan saat berjuang ada rasa cemas dan itu terlihat ketika ikan masuk dalam speedboat.

“Alhamdulillah, kita berhasil strike patin dengan umpan cacing tanah,” ujar Mursini sumbringah. Ia pun terlihat ngos-ngosan. “Antara suka cita dan harapan,” katanya.

Kendati bukan target yang didapat, tapi Mursini mengaku sangat puas. Sebab, ukuran patin yang luar biasa membuatnya sangat puas. Setelah ditimbang, berat patin itu mencapai 10 Kg.

Alam Kuansing yang begitu asri dan sejuk terus menemani Mursini dan rombongan memancing. Sesekali, menyeduh kopi yang disajika oleh sang kapten kapal.

Sembari itu, bupati dan rombongan terus bergerak ke hilir. Sesekali mereka kembali merilis ikan bagarius yang kecil. Begitu juga dengan Mursini.

“Ini target kita. Karena masih kecil, kita lepas lagi. Mudah-mudahan saat besar kelak, memakan pancing kita lagi,” ujar Mursini sambil melepaskan ikan tersebut.

Menurut Mursini, pelestarian ikan bagarius sangat diperlukan supaya populasinya tidak punah. Untuk itu, ia meminta semua pemancing melepaskan kembali ikan kecil.

“Potensi wisata mancing di Kuansing ini sangat besar. Kita sudah minta kepada komunitas untuk mengadakan lomba mancing di hulu sungai Kuantan. Tapi, karena keterbatasan armada, nampaknya belum bisa dilaksanakan dalam waktu dekat,” papar Mursini.

Hulu Sungai Kuantan memang cocok bagi para pemancing yang suka tantangan. Selain medannya ekstrim, di sini juga banyak buaya dan ada juga harimau. Maklum, ini kawasan hutan lindung Bukit Betabuh.

Terlepas dari itu, lokasi ini merupakan destinasi wisata baru bagi Kuansing, hanya bermodalkan alam. Tinggal, bagaimana Pemkab Kuansing dalam menyiapkan sarana dan prasarananga saja.