JAKARTA – Layaknya manusia, alam semesta turut berkembang dan melakukan aktivitasnya. Ini merupakan fakta ilmiah yang terjadi hingga saat ini.
Sebagai pembuktian, astronom Amerika – Edwin Hubble mengamati antariksa menggunakan teleskop raksasa. Ia menemukan bahwa cahaya sejumlah bintang bergeser ke arah ujung merah spektrum. Pergeseran tersebut erat kaitannya pada jarak antara bintang-bintang itu dengan Bumi.
Temuan itu menjadi jawaban atas teori sebelumnya yang menyebutkan bahwa ukuran tata surya statis. Berdasarkan penelitian Edwin Hubble, spektrum berkas cahaya cenderung ke arah merah, artinya benda-benda ruang angkasa menjauh dari Bumi.
Dalam buku ‘Alquran vs Sains Modern Menurut Dr Zakir Naik’ karya Ramadhani dan kawan-kawan, Hubble juga mengungkapkan bahwa benda-benda ruang angkasa tak hanya menjauh dari Bumi, melainkan saling menjauh antara satu benda dengan lainnya. Dari penelitian itu disimpulkan bahwa sesuatu yang saling menjauh berarti alam semesta berkembang.
Bahkan Stephen Hawking dalam bukunya, “A Brief History of Time” menyebutkan bahwa penemuan ilmiah alam semesta senantiasa berkembang adalah sebuah revolusi intelektual abad ke-20. Alam semesta yang berkembang rupanya telah dijelaskan dalam Alquran jauh sebelum manusia mengenal teleskop.
“Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan Kami benar-benar meluaskannya,” bunyi Surah Az-Zariyat Ayat 47.
Terbentuknya alam semesta juga dijelaskan dalam Surah Al-Anbiya Ayat 30. Ayat ini sekaligus menjelaskan bahwa terciptanya alam semesta melalui suatu proses.
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan Bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman,” bunyi surah tersebut. (lnm).
(kem)