JAKARTA – Mantan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli menilai Menteri Keuangan Sri Mulyani norak, pasca-menyindir mahasiswa Universitas Indonesia (UI) yang memberikan kartu kuning kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Hal ini terkuak dalam akun Twitter resmi Rizal Ramli yang diposting me-reply berita Okezone dengan berita Insiden ‘Kartu Kuning’, Sri Mulyani: Lulus Mata Kuliah Makro Ekonomi Dulu, Baru Demo
“Ternyata nora banget demokrasi boleh saja beda pendapat. Ikut kuliah percuma, wong situ bisanya cuma minjem dgn bunga tinggi, yield bonds RI 2-3% lebih tinggi dari Thailand, Philipina & Vietnam. Itu rugikan Indonesia milyaran dollar tahu ? Situ belajar lagi basic finance,” cuit akun Rizal Ramli @RamliRizal yang dikenal dengan rajawali ngepret, Jakarta, Selasa (6/2/2018).
Baca juga: Insiden ‘Kartu Kuning’, Sri Mulyani: Lulus Mata Kuliah Makro Ekonomi Dulu, Baru Demo
Postingan Rizal Ramli ini di-comment sebanyak 279, di-retweet 2.000 dan di-like 2.000
Tidak hanya itu, Rizal Ramli juga me-retweet ucapan akun @riyanto_krida yang sebelumnya menanggapi cuitannya.
“260 jt rakyat Indonesia tidak semua belajar makro ekonomi, bahkan tidak semua kuliah. Masa 260 jt rakyat itu g ada yang boleh kritik pemerintah…? Menteri ini kok makin ngawur,” cuitnya.
Baca juga: Gaya Sri Mulyani Todong Pertanyaan ke Mahasiswa UI
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani sedikit menyindir bekas kampusnya, Universitas Indonesia (UI) soal pemberian hadiah berupa kartu kuning yang dilakukan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa UI 2018 Zaadit Taqwa kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Saat menjadi dosen pengantar ekonomi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI, dia mengatakan, kalian sebelum lulus mata kuliah makro ekonomi jangan ikut-kutan memberikan kartu kuning untuk Presiden.
“Lulus makro ekonomi dulu, baru boleh demo,” ujarnya, di Auditorium FEB UI Kampus Depok, Jakarta, Senin 5 Februari 2018.
Dia mengatakan, jangan sampai ada mahasiswa mengatakan pertumbuhan ekonomi baru 5% tapi gaji Presiden Jokowi lebih dari 5%, kemudian harus diberi kartu kuning. Menurutnya, mahasiswa, harus bisa membandingkan pertumbuhan ekonomi 5% dengan negara lain.
“Harus lihat kenapa dia 6%, kita kenapa 5%. Filipina, RRT, India, sekarang lebih tinggi. Kenapa gak sama kaya Brasil dan Turki. Nah sebelum kartu kuning, lihat dulu bahwa sebenarnya kita itu beruntung ada di negara Asean,” ujarnya.
(dni)