JAKARTA – Likuefaksi, fenomena hilangnya kekuatan tanah akibat kuatnya getaran gempa hingga membuat tanah menjadi cair dan ‘menelan’ segala sesuatu yang ada di atasnya menimbulkan kekhawatiran baru. Kejadian di Sulawesi Tengah, cukup menjadi potret kengerian atas fenomenda tersebut.
Bagaimana dengan potensi terjadinya likuefaksi, khususnya di Jakarta?
Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM Antonius Purbo mengatakan, resiko likuefaksi di wilayah Jakarta sangat kecil. Pasalnya, pusat gempa yang biasa terjadi sangat jauh dari Ibu Kota.
“Likuefaksi itu tidak berdiri dari sendiri. Kalau tak ada gempa, ya tidak ada likuefaksi,” kata Purbo saat berbincang dengan Okezone, Minggu (14/10/2018).
(Baca Juga: Kawasan Teluk Reklamasi Jakarta Memungkinkan Terjadi Likuefaksi)
Purbo menuturkan, syarat terjadinya likuefaksi ialah adanya gempa berkekuatan besar hingga mampu menggetarkan atau ‘mengocok’ struktur tanah. Namun, kata dia, gempa yang biasa terjadi di Jakarta kekuatannya terbilang kecil lantaran pusat gempa berada jauh dari Ibu Kota.
“Jadi sebenarnya resiko likuefaksi di Jakarta itu sangat kecil. Kalau kita lihat selama ini gempa yang pernah mengguncang Jakarta biasanya sumbernya di wilayah selatan Jawa, kan jauh,” tuturnya.
Fenomena alam ini menjadi perbincangan publik setelah wilayah Palu dan beberapa daerah lainnya diterjang likuefaksi, selain gempa dan tsunami. Permukiman yang ada di daerah terdampak seakan ‘tertelan’ tanah yang mencair hingga banyak korban yang terkubur di dalamnya.
Menurut Purbo, likuefaksi terjadi di Palu karena pusat gempa berada berdekatan. Karena itu, kekuatan gempa terbilang besar hingga mampu ‘mengocok’ struktur tanah.
“Kalau Palu itu likuefaksi karena gempanya besar di Palu sendiri. Tapi kalau Jakarta kan (pusat) gempanya ada di selatan Jawa, jauh. Paling goyang-goyang saja,” pungkasnya.
(Ari)