JAKARTA – Ibu Reynhard Sinaga berulang kali memohon kepada putranya agar kembali ke Indonesia, namun anak sulungnya itu terus menolak dan mengatakan dia lebih nyaman tinggal di Manchester, Inggris.
Reynhard (36) tiba di Inggris pada 2007, saat dia berusia 24 tahun. Dia hidup dengan uang yang dikirim oleh ayahnya, Saibun Sinaga, seorang pengusaha yang memiliki bisnis perbankan, perkebunan, dan properti.
Dalam sebuah wawancara dengan The Sunday Times, mengutip Strait Times, Senin (13/10/2020) Normawati, ibu Reynhard mengatakan dia berulang kali memohon kepada anaknya untuk pulang agar dia bisa menggantikan ayahnya menjalankan bisnins keluarga.
“Suamiku semakin tua. Tetapi Reynhard ingin menjadi dosen. Dia tidak ingin kembali,” ujar Normawati.
Baca juga: Korban Reynhard Sinaga, Sebagian Marah dan Beberapa Tertekan
Baca juga: Korban Pemerkosaan Sebut Reynhard Sinaga Bersahabat, Hakim Bilang Predator Seksual Setan
Ia melanjutkan, Reynhard sebagai anak tertua harus menjaga adik-adiknya, saudara perempuan dan keponakannya. “Saya menangis, saya ingin dia ada di sekitar keluarga. Saya mengingatkan dia saat kami merayakan Natal di rumah,” sambungnya.
“Dia tersentuh. Saya bisa melihat itu di matanya. Tetapi dia terus menolak untuk pulang. Dia mengatakan Indonesia bukan tempat yang baik untuk hidupnya dan dia merasa nyaman tinggal di Manchester. Saya bahkan mengancam akan berhenti mengiriminya uang,” tutur Normawati.
Reynhard (36) anak tertua dari 4 bersaudara dihukum pada 6 Januari 2020 dengan vonis penjara seumur hidup, setelah ia dinyatakan bersalah atas 159 pelanggaran seksual, termasuk 136 perkosaan.
Selama 2 tahun lebih, Reynhard berkeliaran di bar dan restoran di Manchester untuk mencari korban dengan target pria muda.
“Kami adalah keluarga Kristen yang baik yang tidak percaya pada homoseksualitas. Dia adalah anak saya,” kata Normawati.
Dia mengatakan keluarganya selalau rutin pergi ke gereja setiap hari Minggu, di mana Sinaga akan bermain piano.
Sementara di Inggris, Reynhard pergi ke gereja Anglikan liberal yang berdekatan dengan apartemennya, bahkan melakukan beberapa pekerjaan sukarela.
Normawati menceritakan Reynhard anak lelaki yang lembut yang suka sekali membaca buku.
“Dia jarang keluar. Dia lebih suka belajar,” katanya kepada The Sunday Times.
Reynhard memperoleh gelar master dalam bidang perencanaan dan kemudian sosiologi di The University of Manchester, lulus pada tahun 2011. Dia kemudian mengejar gelar PhD dalam geografi manusia di University of Leeds, mengerjakan tesis tentang “Seksualitas dan transnasionalisme sehari-hari di antara gay dan biseksual Asia Selatan laki-laki di Manchester”, tetapi gagal.
(dka)