Tabliq Akbar di Pelalawan Hadirkan Penceramah Habib Bahar bin Smith

PELALAWAN (Inforiau.ID) – Dalam rangka menyambut tahun baru 1439 H, DPW FPI Pelalawan gelar acara Tabliq Akbar dan Pelalawan Bersolawat di Mesjid Besar Al-Muttaqin Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan. Minggu (08/10/2017) malam.

Penceramah yang di undang adalah Habib Bahar bin Smith dari Jakarta.

Tabliq akbar ini juga dihadiri langsung oleh Bupati Pelalawan, HM Harris, Ketua dewan Syuro DPP FPI Said Abu Bakar, Kepala OPD Kab Pelalawan, Kakan Kemenag, Kabag Ops Polres Pelalawan, Perwakilan pengurus dan Kader DPD/DPW FPI Riau, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan Ratusan Masyarakat sekitar yang memadati areal Mesjid.

Ketua Tanfidzi DPW Pelalawan, Ir. H. Syaugi Shahab mengucapkan terima kasih kepada seluruh ormas-ormas Islam karena terselenggaranya acara ini berkat semua kerjasamanya.

“Banyak pihak yang mempertanyakan kemampuan FPI Pelalawan dalam melaksanakan acara, sebab aemua tahu FPI tidak mempunyai budget, perlu diinformasikan bahwa jika kita semua bekerjasama, yakinlah bahwa acara tersebut akan tarlaksana,” ujarnya.

Ditambahkan, sesuai namanya, FPI tidak mah disebut hanya sebagai pembela Islam.

“Kita lupakan embel embelnya, karena kita seluruhnya adalah pembela Islam,” tambahnya yang disambut teriakan ALLAHU AKBAR.

Selain bertugas menegakkan amat Ma’ruf nahi munkar, FPI Pelalawan setiap Senin malam secara rutin mengadakan giat membaca kitab kuning.

Sementara itu, Bupati HM. Harris dalam sambutannya mengharapkan bagaimana negeri kita aman antar agama dan suku.

“Perlu diketahui bahwa di Kabupaten Pelalawan terdapat 31 Paguyuban yang hingga saat ini masih tetap rukun dan terjalin silaturahmi,” tandasnya.

Acara puncak Acara Tabliq Akbar ini di isi dengan Ceramah Habib Bahar Bin Smith, pentolan FPI yang sangat keras menentang kebijakan-kebijakan pemerintah yang berseberangan dengan Islam.

“Dialah Allah yg maha mendengar, Dialah Allah yang maha berilmu, yang berilmu adalah pencari ilmu. Walaupun semua mahluk berbuat baik, tidak akan menambahkan keagungan disisiNya,” ujarnya.

Kita butuh berkunjung kepada sosok yang bisa membuat kita menangis takut kepada Allah, jika tidak ada kalangan orang hidup, maka carilah dari mereka yang sudah wafat, itulah sebabnya datanganilah para ulama, para tuan-tuan guru, barang siapa yang mencium tangannya, sama dengan mencium tangan Nabi Muhammad.

“Orang-orang yang beruntung di Akhirat adalah orang-orang yang kedua matanya dihalalkan oleh Allah untuk memandang wajah indah Baginda Nabi Besar Muhammad,” tambahnya.

Beruntung kalian berkumpul dengan ulama, kelak kita juga akan berkumpul di akhirat. Ambillah amalan-amalan orang soleh, kita sepenuhnya tidak bisa mengikuti amalan-amalan para salaf.

Ulama hidupnya ibadah, ulama dengan pejabat, tidak sama, tidak, ulama dengan presiden tidak sama. Orang sekarang kagum sama pangkat, jabatan dan kekuasaan.

Kedudukan seorang santri yang belajar ilmu agama lebih mulia daripada seorang presiden. Para ulama yang bisa menghakimi pemerintah dan para pejabat.

Hari-hari yang telah berlalu dan hari-hari yang akan datang bukan milik kita, sekaranglah waktu kita, untuk itu manfaatkan sisa waktumu untuk mengharap Ridho Allah, sebab syarat mati tidak harus tua, nanti baru tua baru bertobat. Kematian datang tanpa pemberitahuan, maka beribadalah engkau kepada Allah.

Selain itu, Habib juga mengatakan, Saat ini ada Kiyai Golkar, Kiyai PKS, Gerindra, PDIP. Sesama ulama berantam karena beda pandangan.

“Saat ini tokoh-tokoh islam yang menyuarakan kebenaran ditangkap satu persatu, sedangkan penista agama, penghina ulama dibiarkan. Kalau kita beragama dibilang tidak nasionalis, dibilang intoleran,” pungkasnya.

Jangan diajarkan kita tentang Pancasila, padahal mereka yang telah menghianati Pancasila. Mulut ngomong Pancasila, tapi rakyat sengsara, pengangguran semakin banyak, negara dijual kepada asing.

Saya sampaikan sekali lagi, bahwa mereka hanya dimulut saja ngomong Pancasila, andaikan ada negara-negara asing, Amerika, China datang ke Indonesia mau merebut kedaulatan Indonesia, orang-orang seperti mereka yang lari terlebih dahulu.

Kami santri-santri yang pakai sarung berada paling depan mengorbankan jiwa raga untuk Bangsa dan Negara Indonesia, oleh sebab itu jangan pernah ragukan kesetiaan kami umat Islam terhadap NKRI. Semoga pejabat-pejabat seperti itu mendapat Hidayah.

Jokowi walupun begitu, masih ada baiknya, salah satunya di zaman Jokowi ada hari santri, pada zaman SBY dan Gusdur tidak ada hari santri, cuma itu kebaikan yang saya liat, yang lain mungkin belum ada yang diberikan kepada rakyat. Muda-mudahan semakin hari, Presiden Jokowi mendapat Hidayah kepada Allah, orang-orang di sekelilingnya seluruh para pejabat semoga diberikan Hidayah menjadi pejabat yang baik.

Jangankan Jokowi, andaikan sekarang yang jadi presiden Prabowo, kalau salah, tetap akan kita salahkan dan akan kita lawan saudara-saudara. Kami para Habaib paling anti sama urusan politik, kami hanya menyampaikan kebenaran. Tidak ada sedikitpun ketakutan dalam hati kami.

“Saya mendapat kabar, beberapa hari yang lalu, bahwasanya antara hari Senin dan Rabu, Mabes Polri akan datang menangkap saya, kami jangan diancam-ancam sebab kami semakin diancam, semakin diteror, kami akan semakin keras menyuarakan kebenaran,” tandasnya.

Jika nanti kami ditangkap dan dipenjara, jangan pernah padamkan api-api perjuangan, tetap sampaikan kebenaran, walaupun lidah kamu akan dipotong.

Saudara-saudara, demi Allah Bahar Bin Smith lebih memilih dibenci, lebih memilih busuk dalam penjara daripada hidup bebas dan dicintai gara-gara menyembunyikan kebenaran. Kebenaran tidak akan pernah kalah.

Wasiat saya kepada hadirin yang hadir disini, PKI sudah mulai bangkit lagi, PKI yang membantai para umat Islam, Ulama dan Santri.
Terkait bentrok di Gedung LBH, Polisi seharusnya menjaga rakyat, bukan menjaga PKI.

Jika PKI bangkit maka puluhan juta umat Islam dan santri akan bangkit untuk melawan sampai titik darah penghabisan.

“Semua yang disampaikan ini adalah sebagai bentuk kecintaan saya kepada agama, bangsa dan NKRI,” tutupnya. (TW)