JAKARTA – Serikat pekerja PT Garuda Indonesia Bersatu terdiri dari Serikat Karyawan Garuda Indonesia dan Asosiasi Pilot Garuda (APG) menilai program efisiensi yang dilakukan perusahaan terkait cutting cost tidak tepat. Hal ini jelas mengganggu kegiatan operasional.
Presiden APG Bintang Hardiono mengatakan, dari sudut penerbangan program cutting cost yang dibuat direksi terlalu membabi buta. Ujung permasalahan terjadi saat delay Desember akibat meletusnya Gunung Agung di Bali.
Baca juga: Pilot dan Pekerja Garuda Indonesia Kritik Jumlah Direktur yang Terlalu Banyak
“Itu buat kami seluruh penerbang merasa resah kenapa perusahaan begitu. Sehingga kita coba layani penumpang baik, tapi ada complain penumpang service dikurangi akibatnya terjadi konflik dilapangan,” tuturnya, di Bumbu Desa, Cikini, Jakarta, Selasa (23/1/2018).
Sementara itu, Ketua Umum Serikat Karyawan Garuda Indonesia Ahmad Irfan menambahkan, cutting cost model kurang efisien, karena banyak dilakukan pemotongan terhadap pelayanan. Misalnya, pelayanan first bagasi yang diberikan ke daerah-daerah sekarang tidak hanya.
“Katanya maskapai bintang lima, tapi service diturunin hak pengguna jasa jangan dikurangi dan faktor safety jangan dikurangin,” tuturnya.
Serikat pekerja dan pilot sangat mendukung pembenahan besar-besaran yang dilakukan. Hanya saja semua harus benar, jangan membuat citra perusahaan dengan label maskapai kelas dunia tapi pelayanan justru dikurangi.
“Misalnya saja, yang tadinya kita dapat permen dikurangi, roti dikurangi. Air hangat juga. Ini maskapai bintang 5 kok begini,” tandasnya.
(rzy)