JEPARA – Calon Gubernur Jateng Ganjar Pranowo geleng-geleng kepala melihat tingkah petugas Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Jepara yang tak mau diajak berjabat tangan. Menurutnya, sikap tersebut mencederai prinsip silaturahmi dalam masyarakat.
Ganjar mengelus dada karena dua kali menemui petugas Panwaslu Jepara yang bertingkah aneh. Pertama ketika mengikuti jalan sehat Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) di Pantai Kartini Jepara. Usai acara, ketika berjalan menuju bus, Ganjar berpapasan dengan seorang petugas Panwaslu Jepara.
Ganjar mengulurkan tangan dengan niat bersalaman sebagaimana biasa kaidah unggah-ungguh Jawa ketika bertemu orang. Awalnya petugas tersebut sudah menyambut uluran tangan Ganjar namun kemudian menarik tangannya.
“Lho Anda tidak mau salaman? Ya sudah,” katanya, Minggu (18/3/2018).
Di Pasar Kota Jepara, kejadian serupa terulang. Tidak hanya seorang, tapi tiga petugas Panwaslu. Ganjar semakin penasaran dengan sikap Panwaslu Jepara yang seolah antipati.
Namun ketika Ganjar bertanya, alasan penolakan salaman, para petugas itu hanya diam tanpa bisa menjawab. Ganjar mengambil smartphone dan memotret tiga petugas tersebut. “Biasanya Njenengan (anda) yang memotret saya, sekarang saya yang motret. Saya mau tanyakan pada Bawaslu, apa alasannya dilarang salaman sama calon, masak pilkada kok memutus silaturahmi,” lugasnya.
Seorang petugas Panwaslu yang ditemui wartawan di Pasar Kota awalnya juga bungkam. Kemudian dia nenjelaskan jika langkah itu sesuai arahan Ketua Panwaslu Jepara Muhamad Arifin.
“Saya cuma panwas desa, dilarang sama Pak Arifin,” katanya.
Di akhir kunjungan, Arifin datang. Ganjar yang melihat keberadaannya langsung menghampiri dan mengajaknya salaman. Arifin menyambut jabat tangan Ganjar, bahkan bersalam komando.
“Lha ini boleh, harusnya kayak gini Mas. Anggota Anda tadi takut sekali salaman sama saya, saya tanya kenapa malah diam. Ini kan pilkada jadi enggak asyik ya, padahal kita mau bersenang-senang dan mengedukasi masyarakat,” jelasnya.
Kepada Arifin, Ganjar mengatakan, hanya di Jepara mendapat perlakuan tidak mengenakkan. Padahal di daerah lain, dirinya justru bersinergi dengan Panwaslu untuk mensosialisasikan Pilgub Jateng.
“Di Demak saya ngobrol dengan warga, saya lihat Panwas ada terus saya undang ke depan sekalian menjelaskan aturan kampanye pada saya dan warga. Mereka senang hati dan warga teredukasi, tapi di Jepara ini salaman saja kok menghindar,” katanya.
Bukannya memberi penjelasan, Arifin justru meminta maaf. Ia mengaku anggotanya kurang paham aturan sehingga takut salah. “Kami meminta maaf Pak, seharusnya salaman tidak apa-apa, kami mencoba bersikap netral dan sama terhadap semua calon,” katanya.
(fzy)