BANDUNG – Tewasnya aktivis HAM Munir Said Thalib, masih menyimpan misteri. Hingga kini belum diketahui dalang pembunuhan Munir.
Terpidana pembunuhan Munir, Pollycarpus yang hari ini bebas membantah disebut pengeksekutor untuk menghabisi Munir. “Wah itu enggak bener itu, enggak bener,” bantah Pollycarpus saat ditemui di Bandung, Rabu (28/8/2018).
Pollycarpus dituduh memasukan racun arsenik ke dalam minuman atau makanan yang disuguhkan untuk Munir. Hal ini juga di bantahnya. Polly mengaku hingga saat ini tuduhan itu belum bisa dibuktikan.
“Saya minta pembuktian juga enggak bisa yah. Kalau mau dilihat dari hasil autopsi dan lain-lain itu enggak masuk dan itu gak matching semua,” ungkap dia.
“Jadi waktu itu tuduhannnya dengan (memasukan arsenik) orange jus tapi vonisnya dengan mi goreng. Sedangkan mi goreng itu tidak ada dalam dakwaan,” kata dia.
Pollycarpus mengutarakan kejanggalan atas kematian Munir yang dituduhkan padanya. Menurutnya setelah dua tahun divonis, dirinya kembali bebas saat itu karena putusannya dinyatakan inkracht.
“Ketika saya kerja di Malaysia, saya dipanggil lagi, saya disidang lagi oleh kejaksaan dan pengadilan. Saya waktu itu pulang dan sidang ulang, nah ini suatu kejanggalan. Barang yang sudah inkracht dengan kasus yang sama saya dihukum ulang. Paham yah. Lucos deliknya pun berbeda-beda. Nah di sinilah Munir harus diberi penghargaan, bagaimana bisa dibunuh empat kali, hebatkan,” kata dia.
Pollycarpus menjelaskan maksud pernyataan “Munir dibunuh empat kali”. Pertama, diduga Munir dibunuh saat perjalanan Jakarta-Singapura. Namun kemudian ada dugaan kembali, jika Munir diracun saat perjalanan dari Singapura ke Amsterdam.
“Hasil autopsi di Belanda adalah, durasi racun masuk ke tubuh Munir adalah delapan jam sebelum meninggal. Jarak terbangnnya (Singapura-Amsterdam) adalah 12 jam 25 menit. Dua jam sebelum mendarat, Munir meninggal. Yah kalau ditarik mundur, 10 jam 25 menit. Racun masuk ke tubuh Munir dari hasil autopsi Belanda adalah delapan jam sebelum Munir meninggal, jadi kalau ditarik mundur itu adalah 2 jam 25 menit after Singapur, sedangkan saya turun di Singapura. Janggalkan,” ungkap dia.
Pollycarpus mengatkan, hasil autopsi di Amerika, durasi racun masuk ke tubuh Munir diketahui, berdurasi sembilan jam sebelum meninggal. “Kalau ditarik mundur 1 jam 25 menit setelah take off dari Singapura, sedangkan saya turun di Singapura. Ini Pembunuhan yang ketiga kali,” jelas dia.
Kemudian, masih penuturan Pollycarpus, timbul dugaan Munir diracun saat berada di kafe yang berada di Bandara Singapura. Pollycarpus menjelaskan, kafe yang dimaksud tersebut diketahui berada di lantai tiga di Bandara itu. Sedangkan saat itu, Pollycarpus menyatakan, dirinya berada di lantai dua.
“Cafe bean itu letaknya di lantai tiga sedangkan di kedatangan itu di lantai dua, mana mungkin saya naik ke lantai tiga untuk bunuh Munir. Nah sedangkan saya keluar dari pesawat, saya langsung ke custom ke imigrasi, langsung cek ke bus dan langsung ke hotel, dan itu sudah di rekontruksi,” jelasnya.
“Yang lebih janggal lagi, sudah inkracht sudah dijalani di hukum dengan kasus yang sama dengan locus delik yang berbeda,” kata dia.
(qlh)