Kisah Andik Rela Tidur di Kolong Rumah Saat Karhutla Melanda Pulau Rangsang Meranti

Andik Baso (55) saat mencangkul bendungan atau batasan agar api tidak menyebar hingga ke pekarangan rumahnya

SELATPANJANG – Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Pulau Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, seolah-olah menjadi momok bagi Andik. Selain berjibaku membantu pemadaman, Andik juga rela tidur di kolong rumah demi menjaga istana kesayangannya.

Menelusuri kisah Andik Baso nama lengkapnya, wartawan GoRiau.com, Rabu (6/3/2019) siang, menyambangi kediaman pria kelahiran Sulawesi itu. Langkah-demi langkah akhirnya tiba di kediaman Andik yang beralamat di Dusun Mereng, Desa Tebun, Kecamatan Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti.

Awal melihat rombongan yang datang secara tiba-tiba wajah Andik tampak beringas seakan-seakan tidak menerima kehadiran sejumlah wartawan saat itu.

“Ada apa ramai-ramai kesini??.. Tanya Andik dengan nada sedikit keras.

“Maaf pak kami dari wartawan, boleh sedikit bertanya sama bapak, bagaimana kondisi kebakaran lahan di sekitar bapak, apakah apinya sudah padam atau masih menyala??,” mendengar pertanyaan itu, perlahan mata Andik mulai sayu dan mau mengogam pembicaraan.

“Apinya masih hidup tapi sebagian sudah mulai padam. Inilah kerja saya harus selalu waspada agar apinya tidak sampai membakar rumah,” ucap Andik dengan bahasa indonesia yang khas dengan logat Sulawesi nya.

Diceritakan Andik, hampir setiap kebakaran hutan dan lahan di Pulau Rangsang, lahan miliknya ikut terbakar. Akibat kebakaran itu pula api merambat dan menyerang hingga ke kediamannya.

Serangan demi serangan dapat ditepis Andik dengan siraman air. Namun ketika pria berusia 55 tahun itu mulai terlena serangan api kali ini tidak mampu dilawannya hingga Ia harus merelakan istana kesayangan itu menjadi lalapan sijago merah.

Bukan hanya saat itu saja, kejadian itu kembali terulang untuk kedua kalinya. Bangunan berlantai papan dan beratap rumbia itu selalu jadi sasaran sijago merah.

“Bukan hanya sekali, tapi kejadian sudah dua kali. Tapi tidak ada bantuan dari pemerintah maupun desa setempat,” sesal Andik sambil mengampaikan (melempar) bajunya ke bahu.

Menurut pria yang hanya mengenakan celana jeans pendek itu juga menuturkan, meski tidak harus melaporkan peristiwa kebakaran itu, tentu pihak desa setempat sudah mengetahuinya.

“Tak perlu kita lapor, orang sudah tahu, sudah dua kali rumah saya terbakar tapi tak ada bantu,” bebernya lagi seraya mengaku saat kejadian istri dan anaknya sedang berada di Batam.

Untuk itu, lanjutnya Andik, agar kejadian serupa tidak terulang untuk ketiga kalinya, biasanya menggunakan atap rumbia kini diganti dengan atap seng. Ia juga memaksanakan diri untuk selalu stanby memantau api di sekelilingnya yang masih terlihat kepulan asap.

“Cukup sudah, tak mau lagi kehilangan rumah ini, biarlah saya tidur dibawah sana asalkan tidak terbakar lagi,” ucap bapak dari delapan anak ini sambil mengarahkan telunjuk ke tempat tidurnya.

Setelah menjawab berbagai pertanyaan dari wartawan, Andik pun kembali melanjutkan pekerjaannya dengan mencangkul membatasi agar api tidak bisa meloncat ke pekarangan rumahnya.

Sementara itu, Humas PT. SRL Eko Firgustin, mengaku akan membantu memadamkan api yang mengelilingi kediaman Andik.

“Sebelumnya juga telah kita bantu, saat kebakaran terjadi beliau tidak ada di rumah. Kalau tidak kita bantu rumah ini sudah terbakar karena sempat di kepung api. Nanti akan kita bantu lagi penyiramannya,” tutur Eko yang kebetulan saat itu sedang melakukan penyiraman di lokasi kebarakan yang tidak jauh dari kediaman Andik.