SELATPANJANG – Usaha pembuatan arang selama puluhan tahun di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, menyebabkan ekosistem mangrove menjadi rusak. Sementara itu, uang masuk bagi daerah dari Retribusi yang disetor pun tidak setimpal dengan akibat yang ditimbulkan.
Wakil Bupati Kepulauan Meranti, Drs H Said Hasyim mengatakan berdirinya usaha puluhan panglong arang di Kepulauan Meranti akibat dari kebijakan yang salah yang menyebabkan ekosistem didaerah itu menjadi rusak.
“Hutan Mangrove kita ini merupakan terbaik di dunia. Namun karena ada kebijakan lama yang salah yang mengizinkan usaha panglong arang mengakar menyebabkan ekosistem dan biota menjadi rusak,” kata Said Hasyim, Senin (15/4/2019).
Selama ini, kata orang nomor dua di Kepulauan Meranti itu, usaha panglong arang hanya mengedepankan persoalan sosial, sehingga banyak masyarakat yang menggantung hidup dari hasil menjual kayu mangrove untuk bahan baku pembuatan arang.
Seperti diketahui, panglong arang membeli kayu mangrove hasil tebangan dari masyarakat dengan harga yang sangat murah yakni sekitar Rp130 perkilo sedangkan arang yang sudah jadi dijual keluar negeri dengan harga jual dolar.
Untuk itu, Wakil Bupati memerintahkan agar panglong arang ditutup dan tidak diberikan beroperasi lagi.
“Masyarakat tidak dapat apa-apa dari berdirinya industri panglong arang, hanya sebagian kecil saja. Namun kerugian yang ditimbulkannya sangat banyak, untuk itu kita tutup saja panglong arang itu,” kata Said Hasyim.
Sementara itu, untuk pekerja yang menggantungkan hidup di panglong arang, Wabup akan memberikan solusi bagi mereka agar bisa terus melangsungkan kehidupannya.
“Buruhnya kita berikan kebun agar mereka bisa bercocok tanam. Kebijakan ini kita akomodir dengan menggunakan program pusat,” ungkapnya.