SURABAYA – Serangan bom bunuh diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Jalan Ngagel, Surabaya, Jawa Timur menyisakan cerita pilu. Ada seorang korban bernama Aloysius Bayu Rendra Wardhana sempat menahan pelaku agar jangan masuk ke dalam gereja. Tapi malang baginya, Bayu tewas bersama pelaku yang meledakkan dirinya.
Cerita itu diungkapkan oleh Pendeta Romo Kurdo dari Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela saat membeberkan kronologis teror bom yang terjadi Minggu 12 Mei 2018.
“Peristiwa itu terjadi saat peralihan misa antara jam pertama dan misa kedua. Misa pertama dilakukan pukul 05.30 WIB sampai 06.30 WIB. Misa kedua berlangsung 07.30 sampai 08.30 WIB. Saat umat berdatangan ke gereja,” tutur Kurdo di Sekolah Tinggi Alkitab Surabaya (STAS), Senin (14/5/2018).
Kejadiannya sangat cepat. Mulanya ada dua laki-laki naik sepeda motor dan langsung masuk ke halaman parkir gereja. Kedua pelaku belakangan diketahui bernama Yusuf Fadil (18) dan FH (16). “Keduanya lalu dihadang oleh Bayu. Dia adalah relawan yang sering menjaga gereja saat misa. Saat dihadang itulah bom meledak, ” ujarnya.
Bayu yang merupakan warga Gubeng Kertajaya 1 / 15A Surabaya, meninggal mengenaskan terkena ledakan bom di lokasi.
Romo Kurdo menganggap Bayu sudah bertindak sebagai pahlawan, rela mengorbankan dirinya demi menyelamatkan orang lain. “Kami tak bisa membayangkan kalau tidak dihadang Bayu pasti akan jatuh lebih banyak korban. Mengingat di parkiran gereja, jamaah baru saja berdatangan,” jelasnya.
Kepolisian sendiri langsung datang 10 menit kemudian usai menerima laporan adanya peristiwa pengeboman gereja di kawasan Jalan Ngagel ini. “Pukul 07.30 WIB, polisi baru datang. Dengan kondisi korban yang maaf dagingnya pun sudah berceceran,” tutur Kurdo.
(sal)