JAKARTA – Sekjen Partai Perindo Ahmad Rofiq melihat rencana Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Ratna Sarumpaet pergi ke Chile merupakan sebuah skenario yang diciptakan kubu oposisi. Hal tersebut agar yang bersangkutan terhindar dari jeratan hukum atas perkara penyebaran berita hoaks di masyarakat.
Indikasi itu, lanjut dia, terlihat dari tidak adanya perjanjian ekstradisi antara Indonesia dengan Chile. Nantinya, pemerintah akan kesusahan dalam memulangkan perempuan berusia 69 tahun tersebut.
“Kalau Ratna tidak balik ke Indonesia, pemerintah Indonesia tidak bisa melakukan apa-apa karena tidak terikat perjanjian apapun dengan Chile, ya. Jadi memang ini setting dan sudah terskenariokan sejak lama,” kata Rofiq saat dihubungi, Jumat (5/10/2018).
(Baca juga: Kuasa Hukum: Ratna Sarumpaet Tak Sebarkan Hoaks Langsung ke Publik)
(Baca juga: Ratna Sarumpaet Ditangkap Polisi, Begini Reaksi Tim Prabowo-Sandi)
Rofiq mengimbau kepada kubu sebelah untuk segera memberhentikan langkah menyebar benih-benih kebencian dalam proses pesta demokrasi lima tahunan itu. Sebab itu akan merugikan mereka karena semakin ditinggalin oleh pendukungnya akibat aksi culasnya tersebut.
“Sementara dari pihak Jokowi-Ma’ruf Amin terus mengalami peningkatan dalam rangka simpati itu. Menurut saya ini enggak fair,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, Ratna ditangkap saat hendak ke Chile. Keberangkatannya ke Chile ternyata bukan mendadak, karena Ratna sudah mengajukan sponsor untuk pembiayaannya berangkat ke Chile ke Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sejak 31 Januari 2018, atau jauh sebelum dirinya terjerat kasus hoaks.
Menurut Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Asiantoro, sponsori Ratna ke Chile merupakan hal biasa. Sebab, Ratna dianggap memiliki keahlian di bidang seni, sehingga wajar saja bila pemerintah daerah membiayainya.
Ia pun menyatakan anggaran yang dikeluarkan untuk Ratna berangkat ke Chile sebesar Rp60-70 juta, diantarannya untuk tiket, uang saku, dan hotel.
(wal)