PELALAWAN (Inforiau.ID) – Kurun satu tahun terkhir ini, sungai Kerumutan yang berada di desa Tambun kecamatan Bandar Petalangan sudah mengalami pencemaran lingkungan. Kuat dugaan penyebabnya, oleh limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT MAS yang berada dihulu sungai.
Minggu (9/7/17) kemarin peristiwa kedua ini, terjadi, ribuan ikan berbagai jenis bergelimpangan mati mendadak disepanjang sungai. Ironisnya, tokoh masyarakat setempat justru tidak mau melaporkan, peristiwa ini ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
Mereka berasalan. Jika dilaporkan ke instansi tersebut hanya membikin sakit hati. Hasil yang diterima negatif. Jadi percuma saja. “Untuk apa kami laporkan, jika hasilnya, tidak memihak masyarakat. Peristiwa pertama yang terjadi beberapa waktu lalu, sudah memberikan kami pelajaran. Jadi tokoh masyarakat sepakat tidak melaporkannya,” terang kepada Tambun, Hendri dikutip riauterkini.com, Selasa (11/7/17).
Alasan tidak melaporkan peristiwa ikan mati disungai Kerumutan kata Hendri adalah sebagai bentuk kekesalan kepada intansi terkait pada peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu.
“Kemarin masyarakat berkumpul dan sepakat, untuk tidak melaporkan peristiwa ini ditindak lanjuti. Kemarin itu hanya, mendatangi kantor PT MAS meminta pertanggung jawaban perusahaan,” tegas Hendri.
Saat pertemuan, yang diterima oleh bagian Humas PT MAS, sambung Hendri mereka berkilah. Menolak, penyebab ribuan ikan mati oleh limbah PKS mereka.
“Padahal, diketahui limbah pabrik PKS mereka, berdekatan dengan bibir sungai Kerumutan. Jika kita berasumsi, apabila hujan terjadi sangat rentan limbah mereka tertumpah ke sungai,” ujarnya seraya mengatakan sebelum peristwa kemarin didaerahnya diguyur hujan.
Hendri menyebutkan, Sungai Kerumutan ini mengaliri beberapa desa. Diantaranya desa Tambun, desa Sari Mulia, desa Genduang. Ironisnya, pada peristiwa kemarin ikan-ikan dihilir desa yang dilewati juga mengalami nasib yang sama.
“Jika, ikan itu mati akibat diracun oleh semacam bentuk ‘putas’ tidaklah, seperah ini. Asumsi masyarakat ini akibat limbah kimia berbahaya,” tandasnya. (rtc)