Keberadaan Cagar Biosfer GSK-BB Harus Berdampak Peningkatan Ekonomi

Bengkalis, Riau31 Dilihat

BENGKALIS –Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu (CB GSK-BB) merupakan cagar biosfer ke-7 dunia yang ditetapkan UNESCO tahun 2009. Tujuan penetapan tersebut untuk penyeimbangan peningkatan pembangunan sosial ekonomi dan pemeliharaan nilai-nilai yang terkait budaya masyarakat dengan pelestarian keanekaragaman hayati.

Guna memperkuat pengelolaan terhadap cagar biosfer, sejumlah pihak di komandoi Bappeda Kabupaten Bengkalis melakukan Rapat Forum Kordinasi Pengelolaan CB GSK BB di ruang rapat lantai II Kantor Bappeda, Senin (29/4/2019). Kegiatan ini didukung sepenuhnya APP Sinarmas dan Yayasan Belantara.

banner 300x250

Selain Plt Kepala Bappeda Yuhelmi, Ketua Komite Nasional Man and Biosphere (MAB) UNESCO Indonesia LIPI Prof. Dr. Enny Sudarmonowati, pihak BBKSDA Riau, Head of Landscape Conservation Sustainability and Stakeholder Engagement APP Sinarmas Dr. Dolly Priatna hadir dalam rapat tersebut. LSM Lingkungan dan Perguruan Tinggi di Bengkalis juga dilibatkan.

Plt Kepala Bappeda Bengkalis, Yuhelmi mengatakan, Rapat Forum Koordinasi Pengelolaan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (CB GSK-BB) Wilayah Kabupaten Bengkalis ini merupakan salah satu dari rangkaian program revitalisasi kelembagaan koordinasi pengelolaan Cagar Biosfer GSK-BB dan penguatan program pengembangan masyarakat.

Berdasarkan SK Bupati Bengkalis, Bappeda Kabupaten Bengkalis merupakan ketua pada pengelolaan aset dunia itu. Oleh karena itu, terang Yuhelmi, pihaknya akan berusaha maksimal berkordinasi dengan lintas sektor.

“Kita akan fokus pada penyelamatan hayati ini. Tentunya kita akan berusaha maksimal, lintas sektor melakukan kordinasi sehingga action kita bagaimana cagar biosfer bisa bermanfaat bagi masyarakat yang berada di sekitarnya,” cakapnya.

Ambil Manfaat

Sementara Ketua Komite Nasional Man and Biosphere (MAB) UNESCO Indonesia LIPI, Prof. Dr. Enny Sudarmonowati mengutarakan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu (CB GSK-BB) harus diambil manfaatnya untuk pembangunan berkelanjutan.

Manfaat yang diambil kata Enny, tentu dengan memanfaatkan GSK untuk meningkatkan pendapatan dan perekonomian masyarakat. Terutama pada zona penyangga dan zona transisi. Dengan pendapatan masyarakat yang sudah lumayan terjamini, tentu kawasan dan zona inti tidak akan terganggu.

“Rencananya tentu saja bagaimana mengimplementasikan atau mengambil manfaat dari CB GSK BB ini, karena status internasional itukan mahal, mendapatkannya susah, bagaimana bisa memanfaatkan itu untuk pembangunan berkelanjutan,”ucap Prof. Dr. Enny Sudarmonowati.

Perempuan yang juga menjabat Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati berharap kerja aksi pengelolaan CB GSK-BB benar-benar dilakukan dengan mengesampingkan ego sektoral.

Kemudian imbuhnya, setelah action pengelolaan dilakukan, hal lain harus disusul dengan aksi penyadaran tahuan.

“Apa arti cagar bisofer, orang banyak mengartikan cagar biosfer itu cagar yang tidak bisa diapa- apaian. Tapi justru kita harus melakukan aksi berkelanjutan,” pungkasnya.

Stasiun Riset

Untuk menjaga kelestarian Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu (CB GSK BB), APP Sinarmas sudah melaksanakan sejumlah program. Diantaranya membentuk Desa Makmur Peduli Api.

Setidaknya 50 desa di sekitar CB GSK BB sudah mengimplementasikan program tersebut. Petani disana, membuka lahan tanpa membakar.

“Bagaimana kita mencegah kebakaran hutan itu misalnya membuat program program desa makmur peduli api. Yang mana sudah lebih dari 50 desa sudah kita kembangkan supaya mereka tidak bertani dengan cara membakar. Itu untuk menjaga kelestarian di sana,” tutur Head of Landscape Conservation Sustainability and Stakeholder Engagement APP Sinarmas Dr. Dolly Priatna.

Kemudian dari sisi riset, Sinarmas bersama sama dengan MAB UNESCO akan melakukan peresmian stasiun riset. Stasiun riset ini bisa digunakan untuk fasilitas para peneliti lokal nasional maupun internasional.

“Kenapa kita mendirikan ini karena para peneliti baik itu mahasiswa, dosen dan universitas asing datang ke GSK untuk melakukan penelitian tetapi tidak ada sarana prasarana,” jelasnya.

Kemudian program lain sebagai komitmen, Sinarmas mendukung cagar biosfer dengan membuat program deteksi dini kegiatan-kegiatan terlarang seperti ilegal logging, pembakaran lahan dan lain sebagainya.